Regalia News – Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bersama Organisasi Wirawati Catur Panca (WCP) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang pelestarian dan digitalisasi arsip pahlawan perempuan Indonesia. Rabu,27/08/2025.
Kerja sama ini bertujuan menjaga warisan sejarah bangsa melalui arsip tokoh-tokoh perempuan seperti R.A. Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Maria Walanda Maramis, Martha Christina Tiahahu, dan pahlawan perempuan lainnya yang berkontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan.
Kepala ANRI, Dr. Mego Pinandito, menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah penting dalam memastikan arsip pahlawan perempuan tetap terjaga, mudah diakses, dan dikenal generasi muda.
“Arsip bukan hanya catatan masa lalu, tetapi juga inspirasi untuk masa depan. Dengan kerja sama ini, ANRI dan Wirawati ingin memastikan perjuangan dan pemikiran pahlawan perempuan tetap hidup dan menjadi teladan sepanjang masa,” ujarnya.
Mego menambahkan, jika arsip hilang, bangsa akan kehilangan jejak penting perjalanan sejarah Indonesia. Karena itu, ANRI terus mendorong kerja sama lintas sektor.
“Tujuannya agar arsip pahlawan perempuan dapat dilestarikan, didigitalisasi, dan diwariskan kepada generasi mendatang,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Wirawati Catur Panca, Pia Feriasti Megananda, menyambut baik kerja sama strategis tersebut. Menurutnya, pahlawan perempuan adalah sumber inspirasi bagi gerakan perempuan Indonesia.
MoU ini bukan hanya tentang menjaga dokumen, tetapi juga tentang menjaga semangat perjuangan.
“Kami ingin memastikan nilai-nilai kepahlawanan dari Kartini, Cut Nyak Dien, hingga Martha Tiahahu terus mengalir ke generasi muda Indonesia,” jelasnya.
Ruang lingkup MoU mencakup penyelamatan, pelestarian, dan pemanfaatan arsip sejarah perjuangan perempuan di Indonesia, termasuk kegiatan restorasi, penyelenggaraan wawancara sejarah lisan, pembinaan kearsipan di lingkungan WCP, serta program lain yang disepakati kedua belah pihak.
Pelaksanaan MoU akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama maupun korespondensi resmi agar program berjalan berkelanjutan dengan dukungan pembiayaan, pemantauan, dan evaluasi bersama.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menekankan pentingnya momentum sejarah untuk menjaga persatuan bangsa. Ia menilai, semangat 80 tahun Indonesia merdeka harus dimaknai dengan tidak melupakan sejarah.
“Banyak negara usianya bahkan tidak sampai 70 tahun, seperti Yugoslavia yang terpecah menjadi tujuh negara atau Uni Soviet menjadi 15 negara. Indonesia masih berdiri tegak karena perbedaan justru menjadi perekat bangsa melalui budaya. Arsip ini adalah kekayaan nasional kita,” ujarnya.
Fadli juga menyinggung nilai sejarah dari 179 surat Kartini yang kini diakui UNESCO sebagai Memory of the World.
“Kartini wafat di usia sangat muda, 25 tahun, tetapi surat-suratnya mengangkat harkat martabat perempuan Indonesia. Tanpa arsip, sejarah bisa hilang—bahkan naskah proklamasi pernah hampir dibuang ke tempat sampah sebelum diselamatkan,” ungkapnya.
Adapun Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, menilai pengakuan internasional atas surat-surat Kartini merupakan kehormatan sekaligus tanggung jawab bangsa.
Ia mengapresiasi Wirawati Catur Panca sebagai organisasi perempuan pertama yang menggagas kerja sama dengan ANRI.
Arsip ini menunjukkan bagaimana gagasan emansipasi muncul di era kolonial ketika akses perempuan sangat terbatas.
“Perjuangan Kartini tidak bersifat pribadi, melainkan inspirasi perubahan besar yang menumbuhkan kesetaraan gender hingga kini,” tegasnya.
Editor : Abdullah