44.49 F
Kepualauan Riau
Maret 29, 2024
https://www.regalianews.com

Ekonomi Ceamber Terapi Hiperbarik: Melayani Nelayan Penyelam, Menyuplai PAD Daerah

Opini

Penulis: Rusdianto Samawa, Front Nelayan Indonesia (FNI)

Tulisan kuliah pertama soal Ceamber sebagai solusi emergency untuk nelayan kompresor dan snorkeling. Tetapi, kita lebih dahulu ilustrasikan populasi nelayan kompresor dan snorkeling diseluruh Indonesia. Pada tahun 1970 capai 1,6 juta kepala keluarga. Angka ini terus menurun, seiring modernisasi alat tangkap yang dilakukan oleh nelayan.

Pada tahun 1980 angka populasi pemakai kompresor dan snorkel (nelayan penyelam) capai 1,3 juta. Kemudian, tahun 1990 capai 800ribuan Kepala keluarga. Lalu, tahun 2000 meningkat 1 digit yakni populasinya 920ribuan pengguna. Kemudian, pada tahun 2010 angka pengguna kompresor dan snorkel menurun pada angka 722ribu kepala keluarga. Terakhir, pada tahun 2020, pengunaan kompresor dan snorkel dilarang total, sehingga populasinya ikut menurun, capai 711ribu.

Penyebab menurunnya pengguna kompresor dan nelayan snorkel ini ada beberapa sebab yakni; 1) ditangkap aparat; 2) regulasi yang melarang penggunaan alat yang berbahaya bagi lingkungan; 3) sistem penekanan, penyadaran dan pembinaan pada masyarakat untuk beralih alat tangkap; 4) terganggunya kesehatan saat menyelam.

Selain itu, tantangan terbesar nelayan kompresor dan snorkel pada dua doktrin ekstrem, yakni: 1) tertuduh sebagai penyebab kerusakan lingkungan sumberdaya kelautan – perikanan, seperti terumbu karang, anemon, zona konservasi dan zona inti. Doktrin ini ditunjang oleh regulasi yang memihak lingkungan secara absolut; 2) penyebab kerusakan kesehatan nelayan karena snorkeling terdiri dari nafas buatan dari angin 50% dan oksigen 50% murni.

Sementara, tantangan medium sekaligus membuat nelayan kompresor lelah dan menimbulkan dampak kemiskinan, yakni; 1) lahan subur ATM Aparat karena penangkapan dilakukan di darat maupun di Laut; 2) pelarangan penggunaan kompresor dan snorkel; 3) tidak memiliki kepastian hukum, karena regulasi mulai dari UU Perikanan, UU Kelautan, Perpu hingga Perda mengatur pelarangan penggunaan alat tangkap yang merusak, seperti kompresor dan lainnya.

Nelayan penyelam sering menjadi sasaran dan amukan aparat ditengah laut, mulai dari masalah izin kapal penangkap, izin penangkapan ikan, hingga diteror, dirazia, dan dikejar di laut. Hal ini, dianggap sangat merugikan nelayan penyelam.

Padahal, pemerintah bisa pertimbangkan aspek kajian pengunaan kompresor secara illmiah. Bisa melibatkan kampus – kampus dan para teknisi akademi untuk mengkaji, apakah kompresor dan snorkel itu merusak atau tidak.

Mengapa begitu penting harus uji petik (kajian) ilmiah tentang kompresor dan snorkel? karena penggunaan juga terkandung masa depan dan hidup keluarga nelayan yang harus menjamin anak-anak bersekolah dan beraktivitas untuk meraih masa depannya seperti para generasi yang lainnya.

Menimbang Ceamber: Melayani Nelayan Penyelam, Menyuplai PAD Daerah

Kalau doktrin kompresor dan snorkel merusak kesehatan sebagai bentuk cara keputusan yang ekstream tanpa memikirkan aspek sosial ekonomi masyarakat pesisir. Tentu, harus pertimbangkan dalam sebuah paket kebijakan pengawasan agar nelayan penyelam pengguna kompresor dan snorkel dapat dicarikan jalan keluar yang saling menguntungkan.

Solusi emergency bisa menempuh jalur tengah, dengan pengadaan ceamber diberbagai rumah sakit. Karena ceamber ini masih sedikit diwilayah Nusa Tenggara seperti Bali, NTT, dan NTB.

Ceamber merupakan alat terapi oksigen hiperbarik. Terapi ini sala satu metode efektif dalam pengobatan yang dilakukan oleh nelayan penyelam: kompresor dan snorkeling. Tentu, caranya memberikan oksigen murni di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi, untuk dihirup.

Apabila, nelayan penyelam dapat melakukan terapi oksigen hiperbarik diruangan khusus yang dapat tingkatkan tekanan udara hingga tiga kali tekanan atmosfer normal dalam tubuh sehingga nelayan penyelam menyerap oksigen lebih banyak dari biasanya, sehingga dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit. Hal itu dilakukan setelah melakukan penyelaman.

Menurut dr. Tjin Willy (2018) dalam artikelnya, bahwa; bagi nelayan penyelam, alat ceamber ini sebagai sebuah prinsip, perbaikan, pemulihan dan penyembuhan sehingga dapat perbaiki jaringan yang rusak dengan meningkatkan aliran oksigen ke jaringan tubuh sehingga menyebabkan darah menyerap oksigen lebih banyak akibat peningkatan tekanan oksigen di dalam paru-paru yang dimanipulasi oleh ruangan hiperbarik. Konsentrasi oksigen yang lebih tinggi dari normal, tubuh akan terpicu untuk perbaiki jaringan yang rusak lebih cepat dari biasanya.

Nelayan penyelam: kompresor dan snorkeling sering kena penyakit dekompresi yang disebabkan aliran darah di dalam tubuh terhambat, dikarenakan perubahan tekanan udara. Perubahan tekanan ini dapat terjadi akibat menyelam sehingga terjadinya perubahan tekanan udara secara drastis.

Nah, pertimbangan sosial ekonomi dan pendapatan daerah, pemerintah bisa melakukan pengadaan Ceamber sebagai alat pemulihan tubuh penyelam bagi nelayan lobster yang nantinya bisa ditempatkan di seluruh rumah sakit – rumah sakit di wilayah sentral nelayan penyelam: kompresor dan snorkeling.

Melihat peluang bisnis ekonomi alat ceamber ini, bisa dianalisa dari pendapatan yang seharusnya dipertimbangkan oleh pemerintah. Bayangkan saja, contoh Pulau Sumbawa (Bima, Sumbawa, Kota Bima dan Dompu) masih minim ceamber. Padahal, nelayan penyelam dengan pupulasi sekitar 200-an ribu kepala keluarga bisa melakukan terapi dengan alat ceamber.

Kalau ceamber diperkuat pada regulasi, kewajiban nelayan kompresor dan snorkel harus pemulihan kesehatan setiap bulan. Maka Pendapatan Daerah bertambah bisa puluhan miliyar. Logika ekonominya tentu, permintaan pemulihan melalui sistem payment (pembayaran) dirumah sakit saat pengunaan ceamber, maka ekonomi akan tumbuh.

Bayangkan saja, perorang nelayan membayar 1juta rupiah dalam waktu 3 jam menggunakan ceamber. Tinggal dihitung saja perhari nelayan datang ke rumah sakit untuk pemulihan kesehatan sejumlah 100 – 200 orang disetiap rumah sakit.

Begitu juga sebaliknya, apabila nelayan penyelam kompresor dan snorkel dilarang secara massif, maka kemiskinan terjadi ketika pemerintah tidak menyiapkan mitigasi sebelumnya. Jadi pemerintah bisa pertimbangkan ceamber sebagai solusi untuk nelayan kompresor dan snorkel.[]

Penulis: Rusdianto Samawa, Front Nelayan Indonesia (FNI)

Sumber: Channel Kawan Rusdi Kawan Kita

 

Baca Disini

Leave a Comment

Leave a review

https://www.regalianews.com
Regalia News
regalianews.com UA-174246026-1